Minggu, 03 Februari 2013

Pola Integrasi Leksikon Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Dayak


POLA INTEGRASI LEKSIKON BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA DAYAK BAHAU, MAHAKAM HULU, KALIMANTAN TIMUR

Oleh : Budi Jatmiko (NIM. 117835443)

ABSTRAK

      Bahasa selalu mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan dan perubahan bahasa ini mengakibatkan adanya gejala bahasa yang disebut integrasi. Integrasi adalah penggunaan unsur bahasa lain secara sistematis seolah-olah merupakan bagian dari suatu bahasa tanpa disadari oleh pemakainya.     
      Secara nyata, integrasi juga terjadi dalam tataran leksikon bahasa Indonesia ke dalam bahasa Dayak Bahau, Mahakam Hulu, Kalimantan Timur. Berdasarkan data yang digunakan oleh penulis, ditemukan adanya dua pola integrasi, yaitu (1) pola integrasi fonologis, (2) pola integrasi ortografis.
      Pola integrasi fonologis dibagi menjadi dua bagian, yaitu integrasi total dan integrasi dengan modifikasi. Pola Integrasi fonologis total ditemukan data sebanyak enam belas leksikon, sedangkan untuk integrasi fonologis dengan modifikasi dibagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu dengan pergeseran fonem, penghilangan fonem, dan penambahan fonem. Sedangkan pola integrasi ortografis dalam penelitian ini hanya ditemukan satu pola yaitu dengan pola ortografis total.

Kata Kunci : Integrasi, Pola Integrasi.


A.  Pendahuluan
      Bahasa selalu mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan dan perubahan itu terjadi karena adanya faktor perubahan sosial, ekonomi, dan budaya. Dari sudut pandang budaya, perkembangan bahasa terjadi cukup pesat yang salah satu penyebabnya adalah karena adanya kontak budaya dengan budaya lain. Akibat dari adanya kontak pada budaya ini adalah adanya keterpengaruhan bahasa satu oleh bahasa yang lain, tergantung bahasa mana yang lebih dominan.
      Dalam perspektif ini, bahasa dapat dikatakan sebagai bagian integral dari kebudayaan sudah dapat dipastikan tidak akan dapat terlepas dari masalah di atas. Saling mempengaruhi antarbahasa pasti terjadi, walaupun hanya terjadi pada tataran kosakata bahasa yang bersangkutan, mengingat kosakata itu memiliki sifat terbuka.
      Suwito (1985:39-40) mengatakan bahwa apabila dua bahasa atau lebih digunakan secara bergantian oleh penutur yang sama, dapat dikatakan bahwa bahasa tesebut dalam keadaan saling kontak. Gejala dalam diri pemakai tersebut adalah gejala kedwibahasawan. Akibat dari gejala kedwibahasaan tersebut akan menimbulkan adanya integrasi bahasa.
      Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka jurnal ini akan membahas tentang sebuah fenomena bagaimana pola integrasi leksikon bahasa Indonesia ke dalam bahasa Dayak Bahau, Mahakam Hulu, Kalimantan Timur.
      Analisis data didasarkan pada data dari daftar Swades yang didapatkan penulis melalui wawancara langsung dengan narasumber pada tanggal 8 Maret 2012.

B. Kajian Teori
     Integrasi adalah penggunaan unsur bahasa lain secara sistematis seolah-olah merupakan bagian dari suatu bahasa tanpa disadari oleh pemakainya (Kridalaksana: 1993:84). Salah satu proses integrasi adalah peminjaman kata dari satu bahasa ke dalam bahasa lain.
      Oleh sebagian sosiolinguis, masalah integrasi merupakan masalah yang sulit dibedakan dari interferensi. Chair dan Agustina (1995:168) menyatakan bahwa  integrasi adalah unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu dan dianggap sudah menjadi bagian dari bahasa tersebut. Tidak dianggap lagi sebagai unsur pinjaman atau pungutan.
      Ditinjau dari segi waktunya, proses penyesuaian bentuk unsur integrasi itu tidak selamanya terjadi dengan cepat, tetapi bisa saja berlangsung agak lama. Proses penyesuaian unsur integrasi akan lebih cepat apabila bahasa sumber dengan bahasa penyerapnya memiliki banyak persamaan dibandingkan unsur serapan yang berasal dari bahasa sumber yang sangat berbeda sistem dan kaidah-kaidahnya.
      Cepat lambatnya unsur serapan itu menyesuaikan diri terikat pula pada segi kadar kebutuhan bahasa penyerapnya. Sikap penutur bahasa penyerap merupakan faktor kunci dalam kaitan penyesuaian bentuk serapan itu. Jangka waktu  penyesuaian unsur integrasi tergantung pada tiga faktor antara lain (1) perbedaan dan persamaan sistem bahasa sumber dengan bahasa penyerapnya, (2) unsur serapan itu sendiri, apakah sangat dibutuhkan atau hanya sekedarnya sebagai pelengkap, dan (3) sikap bahasa pada penutur bahasa penyerapnya. Penyerapan atau peminjaman dapat dilakukan setelah kedua kelompok penutur bahasa yang bersangkutan mengadakan hubungan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
      Ada beberapa jenis peminjaman bahasa, diantaranya adalah peminjaman gramatikal dan peminjaman leksikal. Jika seseorang menguasai dua bahasa yang berbeda dan kedua bahasa tersebut dipertemukan maka yang akan terjadi adalah apa yang disebut sebagai bilingualisme atau bahkan akan terjadi interferensi pada bahasa seseorang.
      Leksikon merupakan unsur bahasa yang terpenting oleh karena itu di dalam mengelola kata dan maknanya haruslah dicermati masalah satu kata mungkin mempunyai dua komponen yang berbeda. Satu makna dapat memiliki dua komponen leksikal atau bahkan lebih dan ini juga berlaku pada tataran kata yang sistematis.
      Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa persatuan sering kali diserap ke dalam bahasa daerah (salah satunya: Dayah Bahau, Kalimantan Timur). Proses penyerapan ini melalui proses integrasi dengan berbagai pola, baik fonologis maupun pola ortografis. Satuan lingual yang telah mengalami proses di atas telah secara formal menjadi pengisi leksikon bahasa daerah Dayak Bahau, Kalimantan Timur.

C.  Hasil penelitian dan pembahasan
     1. Hasil Penelitian
      Pola integrasi leksikon bahasa Indonesia ke dalam bahasa Dayak Bahau, Mahakam Hulu, Kalimantan Timur ditemukan adanya dua pola, yaitu (1) pola integrasi fonologis, (2) pola integrasi ortografis.
      Pola integrasi fonologis dibagi menjadi dua bagian, yaitu integrasi total dan integrasi dengan modifikasi. Pola Integrasi fonologis total ditemukan data sebanyak enam belas leksikon, sedangkan untuk integrasi fonologis dengan modifikasi dibagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu dengan pergeseran fonem, penghilangan fonem, dan penambahan fonem
      Pola integrasi ortografis dalam penelitian ini hanya ditemukan satu pola yaitu dengan pola ortografis total. Berikut pembahasannya secara rinci.

2.  Pembahasan
     a)  Pola Integrasi Fonologis
      Pola integrasi fonologis dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu integrasi total dan integrasi dengan modifikasi.
1)    Integrasi Total
Integrasi total adalah proses pengintegrasian secara penuh, semua bunyi dalam kata itu dibaurkan menjadi satu kesatuan sehingga fonotatiknya tepat seperti bentuknya semula. Dalam analisis yang penulis lakukan ditemukan enam belas data yang termasuk pola intergrasi total. Berikut datanya.

No
1
tulang
[tulaŋ]
2
memasak
[məmasaʔ]
3
anak
[anaʔ]
4
jarum
[jarum]
5
tanam
[tanam]
6
cacing
[caciŋ]
7
nyamuk
[ñamuʔ]
8
bunga
[buŋa]
9
pasir
[pasir]
10
laut
[laut]
11
langit
[ laŋit]
12
bulan
[bulan]
13
kilat
[ʔilat]
14
asap
[asap]
15
abu
[abU]
16
malam
[malam]

2)    Integrasi dengan Modifikasi
Pola integrasi dengan modifikasi dibagi menjadi dua, yaitu
a.    Integrasi dengan cara melakukan pergeseran fonem
      Fenomena ini terlihat pada data sebagai berikut:
·           Fonem /r/ > /ʔ/        
       dengar          >          [deŋaʔ]
akar               >          [aʔaʔ]

·           Fonem /a/ > /U/
       daun              >          DUun            
·           Fonem /h/ > / ʔ /
buah-buah   >          [buaʔ buaʔ]
tanah             >          [ tanaʔ]
basah            >          [basaʔ]
putih              >          [putiʔ]

·           Fonem /h/ > /p/
hitam                         >          [pitam]

·           Fonem /s/ > /ʔ/
tipis                 >          [ñipiʔ]

·                    Fonem /t/ > /ñ/
       tipis                 >          [ñipiʔ]

b.    Integrasi dengan cara penghilangan fonem
Fenomena ini terlihat pada data sebagai berikut:
datang              >          [fataŋ]
nangis              >          [naŋif]
        




c.    Integrasi dengan cara penambahan fonem
Fenomena ini terlihat pada data sebagai berikut:
mata                  >          [matan]
api                     >          [apui]
aku                    >          [akui]
dua                    >          [ duaʔ]

b) Pola Integrasi Ortografis
    Dalam daftar kata Swades yang penulis dapatkan   ditemukan satu pola dalam integrasi ortografis, yaitu ortografis total. Berikut datanya:

No
Glos
Berian
1
tulang
[tulaŋ]
2
memasak
[məmasaʔ]
3
anak
[anaʔ]
4
jarum
[jarum]
5
tanam
[tanam]
6
cacing
[caciŋ]
7
nyamuk
[ñamuʔ]
8
bunga
[buŋa]
9
pasir
[pasir]
10
laut
[laut]
11
langit
[ laŋit]
12
bulan
[bulan]
13
kilat
[ʔilat]
14
asap
[asap]
15
abu
[abU]
16
malam
[malam]

D.  Simpulan
      Dari uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan tentang pola integrasi bahasa Indonesia ke dalam bahasa Dayak Bahau, Mahakam Hulu, Kalimantan Timur adalah sebagai berikut:
  1. Ditemukan dua pola integrasi, yaitu: (1) pola integrasi fonologis, dan (2) pola integrasi ortografis.
  2. Pola integrasi fonologis dibedakan menjadi dua: (1) integrasi total, dan (2) integrasi dengan modifikasi,
  3. Integrasi dengan modifikasi terbagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu integrasi dengan cara melakukan pergeseran fonem, penghilangan fonem, dan integrasi dengan cara melakukan penambahan fonem.
  4. Pola integrasi ortografis hanya ditemukan satu pola, yaitu integrasi total.
 


E. Daftar Pustaka

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta

Suwito. 1985. Pengantar Awal Sosiolinguistik: Teori dan Problema. Surakarta: Henary Cipta

Kridalaksana, Harimurti.1998. Introduction to Word Formation and Word Classes. Jakarta. Universitas Indonesia.