MINYAK KAWIYANG
Penyadur : Budi Jatmiko
Beberapa
saat setelah ia mendengar kabar bahwa wanita yang pernah dicintainya akan
meninggal, Burhan menangis dan merasa bersalah karena telah menceraikannya. Ia pun
mendatangi rumah wanita yang pernah menjadi temannya hidup selama 2 tahun itu.
“Wahai
istriku, maafkan aku…aku menyesal telah menceraikanmu.” Bisik lelaki bersuku
Jawa itu di telinga istrinya
Sang
istri pun tak kuasa menahan air matanya. Setetes air mata keluar dari pelupuk
matanya yang keriput. Dan itu adalah
tetes air mata terakhir wanita yang dicintainya.
“Innalilahi
wa Innailaihi rojiun” ucap Burhan mengiringi hembusan nafas terakhir mantan
istrinya.
Semua
orang yang ada di ruangan berukuran 2 x 3 m itu terdiam, tak terkecuali Burhan.
Sekejap kemudian keheningan ruangan itu pun pecah kembali dengan terdengarnya suara
seorang wanita yang tidak lain adalah adik kandungnya.
“Bapak-bapak
mohon bisa keluar ruangan, kami akan segera mengurus jenazah kakak kami
ini” pinta si wanita itu.
Bapak-bapak
yang ada di ruangan itu pun menuruti apa yang dikatakan oleh wanita tersebut
tak terkecuali Burhan “mantan suaminya” itu. Suasana kesedihan masih
menyelimuti hati Burhan, sehingga menggiring ia untuk duduk menyendiri di pojok
rumah yang masih beratapkan jerami. Kebetulan di pojok rumah tersebut sangat teduh
karena tertutup daun pohon beringin yang rimbun.
Tiba-tiba
Burhan merasakan ada seseorang yang entah siapa membisikkan sesuatu ke
telinganya.
“Hai
pemuda…masuklah ke rumah istrimu..carilah “cupu” yang ia simpan di lemari dan
jadikan “cupu” tersebut kenang-kenangan!” bisik suara gaib itu
Sekejap
tersadarlah Burhan. Ia putuskan untuk masuk kembali ke rumah mantan istrinya
dan segera mencari apa yang dimaksud dalam wangsit yang ia terima lewat bisikan
gaib itu.
Bau
kampur barus dan bunga melati menyeringai masuk ke hidung Burhan, tapi itu tak
menyurutkan niatnya mencari “cupu” yang dimaksud.
Krek….bunyi
pintu lemari ia buka. Ia lihat semua isi lemari itu, sampai akhirnya
pandangannya pun tertuju pada sebuah benda yang dibungkus kain mori putih yang
masih bersih. Sepertinya memang kain tersebut rutin diganti oleh si pemiliknya.
Dengan
sedikit keraguan ia ambil benda tersebut. Dibukanya kain yang membungkusnya. Empat
botol minyak dengan warna yang berbeda terlihat di
dalamnya. Anehnya di tiap botol minyak tersebut terdapat pula semacam “rapalan”
dengan bahasa Tidung yang tak dimengerti maksudnya oleh si Burhan.
Dengan segera ia masukkan keempat botol minyak itu
ke kantong sakunya dan dibawanya pulang ke rumahnya.
****
Sesampainya di rumah, ia masih belum mengerti
arti tulisan yang ada di botol itu. Dipanggil kawannya yang tahu dan mengerti maksud
bahasa Tidung. Marinus namanya. Ia adalah lelaki asli Dayak yang merupakan
kawan lama si Burhan.
“Kau tahu artinya ini Nus?” Tanya Burhan
“Coba kulihat dulu”, jawab Marinus.
Marinus melanjutkan pembicaraannya.
“O…ini minyak bukan sembarang minyak Han,
minyak ini punya khasiat, di suku kami minyak ini kami namakan minyak kawiyang,
minyak sumbiluk atau minyak kuyang karena minyak ini bisa mengubah manusia
menjadi mahluk terbang Kuyang.” lanjutnya.
Hati Burhan semakin penasaran. Ia lanjutkan
pertanyaannya lagi.
“Apa khasiatnya?” Tanya si Burhan
Marinus
pun akhirnya berkisah tentang khasiat minyak tersebut. Diceritakan bahwa keempat
minyak tersebut memiliki khasiat masing-masing.
Minyak Kuyang pertama berwarna
Hitam, khasiatnya untuk ilmu kebal, tahan terhadap tebasan benda tajam atau
tertembak peluru musuh. Khasiat atau apuah lainnya, adalah pemiliknya dapat
menghilang dengan cepat dan tanpa jejak.
Minyak
Kuyang kedua berwarna merah, khasiat yang dimilikinya adalah untuk ilmu
meringankan tubuh, dapat berlari cepat secepat kilat, dan dapat memanggil dan
memerintahkan para jin untuk mengikuti perintah yang diberikan si empunya
minyak kuyang merah ini.
Minyak
Kuyang ketiga berwarna Hijau, dengan khasiat dapat membuat dan mengirimkan ilmu
santet, teluh, atau parangmaya kepada orang lain yang dikehendaki. Minyak
berwarna hijau ini juga dapat dipakai sebagai minyak untuk awet muda. Caranya,
minyak tersebut dipoleskan di leher, kemudian leher yang telah dioles minyak
kuyang ini akan terlepas dari raga pemiliknya dan terbang mencari korban untuk
dihisap darahnya. Biasanya korban yang dicari adalah wanita yang akan
melahirkan. Karena darah yang keluar dari proses persalinan akan mengeluarkan
darah yang banyak. Kebanyakan yang belajar ilmu sesat ini adalah para wanita,
yang pada siang hari, selalu melilitkan selendang atau penutup kepala pada
leher mereka agar bekas olehan minyak kuyang ini tidak terlihat oleh orang
lain.
Minyak
Kuyang selanjutnya berwarna Kuning, khasiatnya untuk menundukkan hati para
perempuan supaya dapat jatuh cinta dan mengikuti keinginan si pemilik minyak
kuyang ini.
Mendengar penjelasan dari Marinus, Burhan melamun.
Bingung. Ia bingung dengan pertanyaan-pertanyaan yang berseliweran di
pikirannya. Pertanyaan siapa sosok yang membisikkan suara kemarin dan untuk apa
mantan istrinya memiliki minyak tersebut.
Lamunannya terhenti ketika tiba-tiba Marinus menyapa
Burhan.
“Burhan…ngapain kau melamun?”
“Eh..maaf Nus. Aku bingung. Dulu sebelum aku
temukan “cupu” ini di lemari istriku, aku diberi wangsit untuk oleh suara gaib yang
tidak ku kenal siapa dan pertanyaan selanjutnya untuk apa istriku memilikinya?”
kata Burhan
Marinus mengambil rokok dan menyalakannya. Ia
duduk di bangku yang disenderkan di pojokkan ruangan karena kakinya tiggaI
tiga. Ia menjawab pertanyaan Burhan dengan nada yang datar.
“Kamu ga usah bingung, di suku kami istrimu memang
sudah dikenal banyak orang sebagai Kuyang, mahluk yang bisa terbang untuk
menghisap darah wanita yang akan melahirkan dan kalau kamu ingin tahu
sebenarnya istrimu itu umurnya sudah lebih dari 100 tahun. Dia meninggal karena
warga kampung sebelah menangkapnya ketika hendak pulang dari mencari darah”
Sentak Burhan kaget dan terduduk di dipan bambu
yang sudah reot. Tubuhnya terkulai lemas.
Marinus mendekat dan memegang kepala Burhan. Dibacakan
mantera tepat di atas ubun-ubunnya. Entah apa yang dibacanya. Setelah itu, Burhan
dapat kembali tersadar dari pengaruh istrinya, yang tidak lain adalah Kuyang.
--- selesai ---
Tarakan, 11 September 2014,
Pukul 00.00 Wite
Pukul 00.00 Wite