POLA INTEGRASI LEKSIKON BAHASA INDONESIA KE DALAM BAHASA DAYAK
BAHAU, MAHAKAM HULU, KALIMANTAN TIMUR
Oleh : Budi Jatmiko (NIM. 117835443)
ABSTRAK
Bahasa selalu mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan
dan perubahan bahasa ini mengakibatkan adanya gejala bahasa yang disebut
integrasi. Integrasi adalah
penggunaan unsur bahasa lain secara sistematis seolah-olah merupakan bagian
dari suatu bahasa tanpa disadari oleh pemakainya.
Secara nyata, integrasi juga terjadi dalam
tataran leksikon bahasa Indonesia ke dalam bahasa Dayak Bahau, Mahakam Hulu,
Kalimantan Timur. Berdasarkan data yang digunakan oleh penulis, ditemukan
adanya dua pola integrasi, yaitu (1) pola integrasi fonologis, (2) pola
integrasi ortografis.
Pola integrasi
fonologis dibagi menjadi dua bagian, yaitu integrasi total dan integrasi dengan
modifikasi. Pola Integrasi fonologis total ditemukan data sebanyak enam belas
leksikon, sedangkan untuk integrasi fonologis dengan modifikasi dibagi lagi
menjadi tiga bagian, yaitu dengan pergeseran fonem, penghilangan fonem, dan
penambahan fonem. Sedangkan pola integrasi ortografis dalam penelitian ini hanya
ditemukan satu pola yaitu dengan pola ortografis total.
Kata Kunci : Integrasi, Pola Integrasi.
A. Pendahuluan
Bahasa selalu mengalami perkembangan dan
perubahan. Perkembangan dan perubahan itu terjadi karena adanya faktor
perubahan sosial, ekonomi, dan budaya. Dari sudut pandang budaya, perkembangan
bahasa terjadi cukup pesat yang salah satu penyebabnya adalah karena adanya
kontak budaya dengan budaya lain. Akibat dari adanya kontak pada budaya ini
adalah adanya keterpengaruhan bahasa satu oleh bahasa yang lain, tergantung
bahasa mana yang lebih dominan.
Dalam perspektif ini, bahasa dapat
dikatakan sebagai bagian integral dari kebudayaan sudah dapat dipastikan tidak
akan dapat terlepas dari masalah di atas. Saling mempengaruhi antarbahasa pasti
terjadi, walaupun hanya terjadi pada tataran kosakata bahasa yang bersangkutan,
mengingat kosakata itu memiliki sifat terbuka.
Suwito (1985:39-40) mengatakan bahwa
apabila dua bahasa atau lebih digunakan secara bergantian oleh penutur yang sama,
dapat dikatakan bahwa bahasa tesebut dalam keadaan saling kontak. Gejala dalam
diri pemakai tersebut adalah gejala kedwibahasawan. Akibat dari gejala
kedwibahasaan tersebut akan menimbulkan adanya integrasi bahasa.
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka jurnal ini akan membahas tentang sebuah
fenomena bagaimana pola integrasi leksikon bahasa Indonesia ke dalam bahasa
Dayak Bahau, Mahakam Hulu, Kalimantan Timur.
Analisis data
didasarkan pada data dari daftar Swades yang didapatkan penulis melalui
wawancara langsung dengan narasumber pada tanggal 8 Maret 2012.
B. Kajian Teori
Integrasi adalah penggunaan unsur bahasa
lain secara sistematis seolah-olah merupakan bagian dari suatu bahasa tanpa
disadari oleh pemakainya (Kridalaksana: 1993:84). Salah satu proses integrasi
adalah peminjaman kata dari satu bahasa ke dalam bahasa lain.
Oleh sebagian sosiolinguis, masalah integrasi merupakan masalah yang
sulit dibedakan dari interferensi. Chair dan Agustina (1995:168) menyatakan bahwa
integrasi adalah unsur-unsur bahasa lain yang digunakan dalam bahasa tertentu
dan dianggap sudah menjadi bagian dari bahasa tersebut. Tidak dianggap lagi
sebagai unsur pinjaman atau pungutan.
Ditinjau dari segi waktunya, proses penyesuaian bentuk unsur integrasi
itu tidak selamanya terjadi dengan cepat, tetapi bisa saja berlangsung agak
lama. Proses penyesuaian unsur integrasi akan lebih cepat apabila bahasa sumber
dengan bahasa penyerapnya memiliki banyak persamaan dibandingkan unsur serapan
yang berasal dari bahasa sumber yang sangat berbeda sistem dan
kaidah-kaidahnya.
Cepat lambatnya unsur serapan itu menyesuaikan diri terikat pula pada
segi kadar kebutuhan bahasa penyerapnya. Sikap penutur bahasa penyerap
merupakan faktor kunci dalam kaitan penyesuaian bentuk serapan itu. Jangka
waktu penyesuaian unsur integrasi tergantung pada tiga faktor antara lain
(1) perbedaan dan persamaan sistem bahasa sumber dengan bahasa penyerapnya, (2)
unsur serapan itu sendiri, apakah sangat dibutuhkan atau hanya sekedarnya
sebagai pelengkap, dan (3) sikap bahasa pada penutur bahasa penyerapnya. Penyerapan atau peminjaman dapat dilakukan setelah kedua kelompok
penutur bahasa yang bersangkutan mengadakan hubungan, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Ada beberapa jenis
peminjaman bahasa, diantaranya adalah peminjaman gramatikal dan peminjaman
leksikal. Jika seseorang menguasai dua bahasa yang berbeda dan kedua bahasa
tersebut dipertemukan maka yang akan terjadi adalah apa yang disebut sebagai bilingualisme
atau bahkan akan terjadi interferensi pada bahasa seseorang.
Leksikon merupakan
unsur bahasa yang terpenting oleh karena itu di dalam mengelola kata dan
maknanya haruslah dicermati masalah satu kata mungkin mempunyai dua komponen
yang berbeda. Satu makna dapat memiliki dua komponen leksikal atau bahkan lebih
dan ini juga berlaku pada tataran kata yang sistematis.
Bahasa Indonesia yang
merupakan bahasa persatuan sering kali diserap ke dalam bahasa daerah (salah
satunya: Dayah Bahau, Kalimantan Timur). Proses penyerapan ini melalui proses
integrasi dengan berbagai pola, baik fonologis maupun pola ortografis. Satuan
lingual yang telah mengalami proses di atas telah secara formal menjadi pengisi
leksikon bahasa daerah Dayak Bahau, Kalimantan Timur.
C. Hasil penelitian dan pembahasan
1. Hasil Penelitian
Pola integrasi
leksikon bahasa Indonesia ke dalam bahasa Dayak Bahau, Mahakam Hulu, Kalimantan
Timur ditemukan adanya dua pola, yaitu (1) pola integrasi fonologis, (2) pola
integrasi ortografis.
Pola integrasi
fonologis dibagi menjadi dua bagian, yaitu integrasi total dan integrasi dengan
modifikasi. Pola Integrasi fonologis total ditemukan data sebanyak enam belas
leksikon, sedangkan untuk integrasi fonologis dengan modifikasi dibagi lagi
menjadi tiga bagian, yaitu dengan pergeseran fonem, penghilangan fonem, dan
penambahan fonem
Pola integrasi
ortografis dalam penelitian ini hanya ditemukan satu pola yaitu dengan pola
ortografis total. Berikut pembahasannya secara rinci.
2. Pembahasan
a) Pola Integrasi Fonologis
Pola integrasi
fonologis dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu integrasi total
dan integrasi dengan modifikasi.
1) Integrasi Total
Integrasi total adalah proses pengintegrasian
secara penuh, semua bunyi dalam kata itu dibaurkan menjadi satu kesatuan
sehingga fonotatiknya tepat seperti bentuknya semula. Dalam analisis yang
penulis lakukan ditemukan enam belas data yang termasuk pola intergrasi total.
Berikut datanya.
No
|
||
1
|
tulang
|
[tulaŋ]
|
2
|
memasak
|
[məmasaʔ]
|
3
|
anak
|
[anaʔ]
|
4
|
jarum
|
[jarum]
|
5
|
tanam
|
[tanam]
|
6
|
cacing
|
[caciŋ]
|
7
|
nyamuk
|
[ñamuʔ]
|
8
|
bunga
|
[buŋa]
|
9
|
pasir
|
[pasir]
|
10
|
laut
|
[laut]
|
11
|
langit
|
[ laŋit]
|
12
|
bulan
|
[bulan]
|
13
|
kilat
|
[ʔilat]
|
14
|
asap
|
[asap]
|
15
|
abu
|
[abU]
|
16
|
malam
|
[malam]
|
2) Integrasi dengan Modifikasi
Pola integrasi dengan modifikasi dibagi menjadi dua, yaitu
a. Integrasi dengan cara
melakukan pergeseran fonem
Fenomena ini terlihat
pada data sebagai berikut:
·
Fonem /r/ > /ʔ/
dengar
> [deŋaʔ]
akar > [aʔaʔ]
·
Fonem /a/ > /U/
daun > DUun
·
Fonem /h/ > / ʔ /
buah-buah > [buaʔ buaʔ]
tanah > [ tanaʔ]
basah > [basaʔ]
putih > [putiʔ]
·
Fonem /h/ > /p/
hitam > [pitam]
·
Fonem /s/ > /ʔ/
tipis > [ñipiʔ]
·
Fonem /t/ > /ñ/
tipis
> [ñipiʔ]
b. Integrasi dengan cara
penghilangan fonem
Fenomena ini terlihat pada data sebagai berikut:
datang > [fataŋ]
nangis > [naŋif]
c. Integrasi dengan cara
penambahan fonem
Fenomena ini terlihat pada data sebagai berikut:
mata > [matan]
api >
[apui]
aku > [akui]
dua >
[ duaʔ]
b) Pola Integrasi Ortografis
Dalam daftar kata Swades
yang penulis dapatkan ditemukan satu
pola dalam integrasi ortografis, yaitu ortografis total. Berikut datanya:
No
|
Glos
|
Berian
|
1
|
tulang
|
[tulaŋ]
|
2
|
memasak
|
[məmasaʔ]
|
3
|
anak
|
[anaʔ]
|
4
|
jarum
|
[jarum]
|
5
|
tanam
|
[tanam]
|
6
|
cacing
|
[caciŋ]
|
7
|
nyamuk
|
[ñamuʔ]
|
8
|
bunga
|
[buŋa]
|
9
|
pasir
|
[pasir]
|
10
|
laut
|
[laut]
|
11
|
langit
|
[ laŋit]
|
12
|
bulan
|
[bulan]
|
13
|
kilat
|
[ʔilat]
|
14
|
asap
|
[asap]
|
15
|
abu
|
[abU]
|
16
|
malam
|
[malam]
|
D. Simpulan
Dari uraian di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan tentang pola integrasi bahasa Indonesia ke dalam bahasa Dayak Bahau,
Mahakam Hulu, Kalimantan Timur adalah sebagai berikut:
- Ditemukan dua pola integrasi, yaitu: (1) pola integrasi fonologis, dan (2) pola integrasi ortografis.
- Pola integrasi fonologis dibedakan menjadi dua: (1) integrasi total, dan (2) integrasi dengan modifikasi,
- Integrasi dengan modifikasi terbagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu integrasi dengan cara melakukan pergeseran fonem, penghilangan fonem, dan integrasi dengan cara melakukan penambahan fonem.
- Pola integrasi ortografis hanya ditemukan satu pola, yaitu integrasi total.
E. Daftar
Pustaka
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta
Suwito. 1985. Pengantar Awal
Sosiolinguistik: Teori dan Problema. Surakarta: Henary Cipta
Kridalaksana, Harimurti.1998. Introduction
to Word Formation and Word Classes. Jakarta. Universitas Indonesia.